Catatan perjalanan dari Padang ke Danguang Dangaung
Malam 4 Mei dan 5 mei dinihari 2012
Hampir setiap saat sjak jam 4 sore ini Hp ku berbunyi ada sms masuk. hari ini aku akan berangkat ke suatu kegiatan di kabupaten lima puluh kota, tetapnya Danguang – danguang. Sebenarnya aku belum tau secara pasti lokasinya, bermodalkan pengalaman ku pernah pergi ke kota payakumbuh.
selesai sholat magrib aku mencari salah seorang senior jususanku untuk mencari mobil ke teminal bus kota payakumbuh. Sebenarnya aku sangat takut, aku memabawa lima orang perempuan berangkat dari kota padang ke Lima puluh kota naik mini bus jam 8 malam. Sungguh sebuah hal yang menakutkan bagiku. Terlebih kata kak Maira yang meninipkan adik – adik perempuan peserta panitia kegiatan itu. Kalau pikiran burukku seandainya saaja orang supir beniat buruk bagaimana, gimana aku harus bertanggung jawab kepada orang tua mereka, cowok mereka, kampus pokonya banyak lah. Oh ya hampir lupa aku Cuma tau nama singkat dari perempuan yang manis – manis itu, sebelum berangkat aku tanya nama mereka Salwa, Iga, Giza, Icha, Wita dan Afda.
Selama perjalangan tanganku selalu dalam tas kecil kesayangan. Dalam tas tangan sudah siap denga sebilah pisau untuk jaga – jaga kalau terjadi hal yang tidak diingikan. Dalam perjalanan aku berusaha untuk berbicara dengan pak supir, ya lumayan asyik juga tapi kewaspadaan tetap aku jaga. Coba bayangkan jalan malam dengan banyak anak gadis yang manis, Cuma ditemani laki – laki kurus pendek, sekali pukul saja langsung roboh. Beberapa waktu akau terus meperhatikan mereka, takut kalau terjadi apa – apa.
Setelah 4 jam berjalan aku sudah sampai di lokasi,
Wah,,, dingin sekali, seperti mau beku akau disini. Tapi yang lebih membahagiakan adalah aku dan rombongan sampai selamat tiba di lokasi kegiatan tanpa kurang satupun yang mungkin yang tinggal jejek sendal dimini bus. Semuanya sudah mulai ngantuk, turus dari mobil saja setengah sadar.
****
Malam itu mereka duduk bersama, sambil mendengarkan nyanyian merdu suara Om Iwan Fals lewat speker box, hentakan musik itu terdengan sampai ketelinga aku, lidah juga ikut bergoyang mengikuti suara om Iwan…
Riyon :” hah… lagu apa lagi yang harus kita dengarkan nih, sudah hampir setengan album kita mendengarkakan nya”
Bos :” oh ternyata rayon OI juga ya…? si Bos mememulai percakapan malam itu,
rayon : “iyo lah, kata – kata dalam lirik lagu banyak mengandung arti dan sangat sesuai dengan kondisi yang ada sekarang ini” rayon seakan memancing untuk diskusi masalah sekarang ini menimpa bangsa yang aku cintai ini.
ya…. kondisi negaraku ini sudah dikatakan sebagai negara yang kritis, mulai dari masalah moral, masalah akhlak seperti yang Om Iwan sampaikan dalam lirik lagu Manusia setengah dewa, sampai masalah pemerintahan.
dulu kata orang tua – tua negara ini aman sentosa, sejahtera bahkan keamaman terjamin, itu kata orang – orang yang hidup di zaman orde baru, tapi aku Cuma bisa mendengarkan karena aku tidak hidup di zaman itu, akan tetapi jika ditanyakan pada orang – orang yang sempat merasakan ciprakan zaman itu mungkin zaman yang paling enak menurut mereka, lantas jika ditanyakan pada aktivis yang hidup di zaman itu mungkin zaman itu bagaikan perjara pergerakan bagi mereka, terlebih pada mahasiwa dan orang yang vokal mengkritisi kebijakan pemerintah, sampai – sampai dalam kisah Om Iwan fals juga merasakan ketidakadilan zaman itu hanya karena lagu Bongkar.
lagu di speker box terus berganti, sementara aku sibuk berdebat dalam pikiran aku tentang zaman orde baru. Lantas aku berimajinasi untuk terbang ke zaman orde baru merayap dan merangkak untuk masuk ke detik detik menjelang keruntuhan zaman itu ketika mahasiwa angkatan 1998 berhasil memaksa Presiden Soeharto untuk membacakan surat pengunduran dirinya. Seakan akau ikut terhanyut dalam alamunan sendiri.
Hampir setengah jam aku berdialaog dan berdiskusi di dalam pikiran. Setelah puas rasanya aku ikut untuk bernyanyi bersama mereka. Malam telah menjadi pagi ketika jam telah menunjukkan jam setengah 3 dini hari, mataku mulai mengantuk, Bos sudah memejamkan matanya sejak setengah jam yang lalu. Tiba – tiba aku tertidur……. dan terbangun jam setengah lima, akan tetapi badan ini tdak mau digerakkan, sayup – sayup terdengan orang lagi mendikusikan puisi, dengan samar – samar sih akau bisa simpulkan mereka bediskusi tentang kritik terhadap puisi…..
Bersambung……….
12 Mei 2012